نَقُولُ في تَوحِيدِ اللهِ مُعْتَقِدِينَ بِتَوفِيقِ اللهِ: إنَّ اللهَ وَاحِدٌ لَا شَرِيكَ لَهُ.
“Berkenaan dengan tauhidullah (mentauhidkan Allah), kami mengatakan dengan keyakinan sambil memohon taufik kepada Allah: ‘Sesungguhnya Allah itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.'”
Tauhid adalah dakwah pertama para Rasul, persinggahan jalan yang pertama, dan maqam pertama yang dilalui orang yang meniti jalan menuju Allah:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Ilah bagimu sendiri.'” (Qs. Al-A’raf:59)
Hud ‘alaihissalam berkata kepada kaumnya,
اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ
“Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selain-Nya.” (Qs. Al-A’raf:65)
Shalih ‘alaihissalam berkata kepada kaumnya,
اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ
“Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selain-Nya.” (Qs. Al-A’raf: 73)
Syu’aib ‘alaihissalam berkata kepada kaumnya,
اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ
“Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selain-Nya.” (Qs. Al-A’raf: 85)
Dan Allah ﷻ berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu.'” (An-Nahl: 36)
Dan juga Firman-Nya:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Qs. Al-Anbiya’: 25)
Kewajian Pertama atas Mukallaf Adalah Dua Syahadat
Semua imam salaf sepakat bahwa perkara pertama yang diperintahkan kepada hamba adalah dua syahadat. Mereka bersepakat bahwa siapa yang telah melakukan itu sebelum baligh, maka ia tidak diperintahkan untuk memperbaharuinya setelah baligh. Tapi ia diperintahkan untuk bersuci dan shalat, jika ia sudah baligh atau sudah mumayyiz, bagi kalangan yang berpendapat demikian.
Tidak ada seorang pun dari mereka (Imam salaf) yang mewajibkan atas walinya agar memerintahkan untuk memperbaharui dua syahadat, meskipun menyatakan dua kalimat syahadat itu wajib berdasarkan kesepakatan kaum Muslimin, dan kewajibannya mendahului kewajiban shalat. Tapi ia telah menunaikan kewajiban ini sebelum itu (sebelum baligh).
Di sini ada beberapa persoalan yang dibicarakan ahli fiqh; barangsiapa yang mengerjakan shalat sedangkan ia belum mengucapkan dua kalimat syahadat, atau ia melakukan beberapa ibadah khusus Islam lainnya sedangkan ia belum mengucapkan dua kalimat syahadat, apakah ia menjadi muslim atau tidak? Pendapat yang benar: Bahwa ia menjadi muslim dengan segala ibadah yang menjadi kekhususan Islam.
Tauhid Ialah yang Pertama dan Terakhir
Tauhid adalah perkara pertama yang dimasuki dalam Islam, dan akhir perkara yang ditinggalkan dari dunia ini, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
مَنْ كَانَ آخِرَ كَلَامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa akhir ucapannya (ketika mendekati ajal) adalah La ilaha illallah, maka ia masuk surga.”
(Dishahihkan al-Hakim (10/335), dan disetujui adz-Dzahabi.)
. . .